Jumat, 14 Desember 2012

Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah

Dalam menyusun sebuah karangan ilmiah terdapat berbagai faktor yang harus diperhatikan sebelum membuat sebuah karangan ilmiah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah karangan ilmiah :

A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik yang tepat, akan menunjukan tingkat cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya, akan mempengaruhi minat pembaca apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak untuk dibaca.

B. Pembahasan Topik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik :
  • menampilkan informasi latar belakang,
  • menampilkan ringkasan hasil/temuan penelitian,
  • memberikan komentar apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis,
  • menghubungkan dengan hasil penelitian terdahulu,
  • menjelaskan hasil yang diperoleh, terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan,
  • membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh (implikasi),
  • memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

C. Pemilihan Judul

Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan ditulis. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:

  1. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
  2. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
  3. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
  4. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
  5. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.

D. Menentukan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang informasi apa saja yang akan dicari dan perlu didalami melalui penelitian tersebut. Pada hakikatnya tujuan penelitian mencakup beberapa atau salah datu hal berikut ini :

  1. Menambah struktur pengetahuan.
  2. Mengembangkan metode penelitian.
  3. Menghasilkan informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan formulasi kebijakan. 
  4. Mengevaluasi program.
  5. Meramalkan perilaku individu ataupun kelompok.

E. Menentukan Kerangka Karangan (Outline)

Di dalam bahasa Indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.

  • Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis.
  • Macam–macam outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
  • Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
  • Tesis atau pengungkapan harus jelas.
  • Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
  • Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide jelas.
  • Harus menggunakan simbol yang konsisten.


F. Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah

1. Pemilihan Topik/Masalah Untuk Karya Ilmiah
    Pemilihan topik untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan, menentukan topik dan melakukan penelusuran terhadap topik tersebut. Dengan melakukan ketiga cara tersebut maka akan diperoleh rumusan topik atau permasalahan yang jelas dan spesifik.

2. Mengindentifikasi Pembaca Karya Ilmiah

    Sebelum Anda memulai menulis, ada baiknya Anda harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan Anda tersebut. Hal ini penting, karena dengan mengetahui latar belakang pengetahuan dan minat pembaca, akan mempermudah Anda di dalam mengorganisasikan materi sajian dan cara penyampaian. Selain itu, fokus pembicaraan pun menjadi semakin jelas dan spesifik.

3. Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
    Cakupan materi itu sangat ditentukan oleh rumusan tujuan yang jelas dan pengidentifikasi calon pembaca tepat. Jika Anda tidak mengetahui siapa yang akan membaca tulisan Anda, maka otomatis Anda tidak akan bisa menunjukan cakupan materi yang akan dibahas. Akibatnya, akn sulit bagi Anda untuk memilih dan memilih bahan pustaka, data atau informasi yang dibutuhkan pada saat melakukan tahap pengumpulan data atau informasi untuk tulisan.

Alinea


Pengertian  Alinea
Alinea adalah satu kesatuan pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi dari sebuah kalimat yg merupakan himpunan yang saling berkaitan untuk membuat sebuah gagasan dari sang penulis. Dari pembentukan sebuah alinea harus mempunyai tujuan dimana sang penulis harus menceritakan idenya kedalam suatu cerita dan menegaskan perhatian secara wajar diakhir kalimat.


Tujuan Pembentukan Alinea


1. Menyalurkan penjelsan ide-ide atau gagasan pikiran secara detail karena terdiri dari ide pokok dari penjelsan ide dan juga paragraf merupakan bagian atau petaan-petaan dalam wacana.

2. Memisahkan dan menegaskan perkataan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhatian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.

 3. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu alinea hanya boleh mengandung suatu tema, bila terdapat dua tema, maka dipecahkan menjadi dua alinea.

Macam-macam Alinea

- Berdasarkan Tujuannya

Alinea pembuka : Alinea pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

Alinea penghubung : Alinea penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada alinea pembuka.

Alinea penutup :
Alinea penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) menenai hal-hal yang dianggap penting.

- Berdasarkan letak kalimat utama

Paragraf Deduktif
Letak kalimat utama di awal paragraf dimulai dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.

Paragraf Induktif
Letak kalimat utama di akhir paragraf. diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.

Paragraf Campuran

Letak kalimat utama di awal dan di akhir paragraf kalimat utama yang terletak di akhir bersifat penegasan kembali, dengan susunan kalimat yang agak berbeda.


Contoh Alinea

Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan produk baru seperti mesin potong, mesin pres, mesin bor, mesin bubut mesin las kini telah meningkat kapasitasnya dengan berlipat ganda. Kapasitas mesin potong pada industri modern telah banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat selama 1900-an. Hal ini dimungkinkan karena telah ditemukannya logam yang tetap keras meskipun dioprasikan dalam kecepatan sangat tinggi. Disamping itu, telah tercipta pula mesin-mesin peralatan yang sangat kuat untuk mendukung proses tersebut. Ide pokok pada paragraph diatas dikembangkan dngan menggunakan contoh.ide pokok terdapat pada bagia awal jadi alinea ini juga merupakan alinea deduktif.

Sabtu, 03 November 2012



Perkembangan Linguistik

Linguistik dewasa ini berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari kian banyaknya teori dan penelitian yang telah dihasilkan serta munculnya bermacam gerakan dan aliran. Perkembangan teori-teori tersebut merata pada pelbagai cabang-cabang linguistik, seperti pada fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, juga pragmatik. 

Bukan itu saja, penelitian-penelitian yang dilahirkan dari perkembangan teori tersebut pula semarak dan tumbuh bak jamur di musim hujan. Perkembangan teori dan makin banyaknya penelitian yang dihasilkan itu tidak terlepas dari gerakan dan aliran yang memayungi dan menyemarakkan dunia linguistik.

Penerbitan dan pengedaran buku-buku serta karya-karya tentang linguistik juga ikut berperan dalam penyebaran dan pengembangan linguistik. Karya de Saussure Course in General Linguistics, dapat dikatakan menjadi pemicu tumbuh dan berkembangnya linguistik.

Praktik-praktik linguistik sampai dengan tahun 60-an dapat ditandai dengan adanya generalisasi induktif dalam penyelidikan ilmiah. Dengan kata lain, data-data kebahasaan diamati lebih dahulu kemudian disusunlah teori berdasarkan organisasi data tersebut. Namun, hal itu tidak selamanya dilakukan. Dalam penyelidikan linguistik kini, pengamatan juga sarat dengan teori, selain deskripsi dan analisi


Diksi

Pengertian diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.

Hal yang utama mengenai diksi adalah
1.Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu.

Macam-macam Diksi:

Berdasarkan leksikal
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata.

Contoh:
bohong = dusta
bertemu = berjumpa
buruk = jelek
bunga = kembang
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.

Contoh:
keras = lembek
naik = turun
kaya = miskin
Homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.

Contoh :
Ibu mengukur kelapa terlebih dahulu sebelum mengupas pisang itu.
Polisemi adalah istilah untuk penggunaan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama namun masih memiliki hubungan makna. Polisemi berbeda dengan Homonim, Polisemi digunakan secara konotatif (kecuali kata induknya)

Contoh :
Para pemain harus latihan pagi ini.
Terlalu pagi untuk membicarakan taktik bermain.
Homograf adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Dalam bahasa Indonesia, contoh homograf antara lain adalah "teras" yang dapat bermakna inti kayu atau bagian rumah, dan "apel", yang dapat bermakna buah atau kumpul.
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misal: rudal untuk peluru kendali (KBBI Edisi Ketiga). Perihal akronim dalam perspektif ilmu bahasa dan aplikasinya dalam teknologi informasi telah dijelaskan oleh Zahariev.

Berdasarkan makna

a. Makna Denotatif
Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotasi berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Contoh: Bunga melati

b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah kata.
Contoh: Bunga Bank

Rabu, 17 Oktober 2012

Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954. Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Nama baru ini bersifat politis,
sejalan dengan nama negara yang diidam-idamkan. Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan
secara perlahan dengan perjuangan yang sangat keras. Beberapa faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana adalah
sebagai berikut.

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu.
Bahasa Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu. Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian penduduk, Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik calon pegawai
negeri bangsa bumi putera.

2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari. Dalam bahasa ini
tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus.

3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, sematamata karena didasarkan kepada keinsafan akan manfaatnya segera
ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia.

4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal, terdapat fakta-fakta historis hingga sekarang sebagai berikut.

A. Sebelum Masa Kolonial
Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini terbukti dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu ditemukan di Kedukan
Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688). Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832) Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.

B. Masa Kolonial
Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam
perdagangan. Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

C. Masa Pergerakan Kebangsaan
Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas,
akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya
Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar
Sumpah Pemuda”.
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu –
Tanah air Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa
Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia.

D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan
Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa Indonesia telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masingmasing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan
kita. Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sehingga terhindar dari unsur-unsur bahasa lain yang tidak diperlukan. Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar suku bangsa, bahasa Indonesia dipakai untuk berhubungan antar suku bangsa di Indonesia sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan bahasa tidak perlu terjadi. Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional, kita dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.

Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai antara lain: di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, sebagai alat perhubungan antar daerah, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sehingga ia memiliki cir-iciri dan identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam (1) Karang-mengarang, (2) pembicaraan pada situasi formal, (3) pembicaraan di depan umum, dan (4) pembicaraan di depan orang yang dihormati; bahasa Indonesia tidak baku dipakai dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu dapat hidup berdampingan.

Sifat Ragam Bahasa Baku
Ragam bahasa baku memiliki dua sifat sebagai berikut.
1. Kemantapan dinamis: di samping memiliki kaidah dan aturan, relati
luwes atau terbuka untuk perubahan sejalan perubahan masyarakat.
2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang
rumit di berbagai ilmu dan teknologi.
3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman.

RAGAM BAHASA
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. 

1. Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
2. Huruf vokal: a, e, i, o, u.
3. Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
4. Huruf diftong: ai, au, ai.
5. Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy. 

Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
1. Huruf pertama kata pada awal kalimat
2. Huruf pertama petikan langsung
3. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti
4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang
7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
9. Huruf pertama nama geografi.
10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata hubung.
11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.
13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan.
15. Huruf pertama kata ganti Anda.
1. Menuliskan nama buku, majalah, koran
2. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan
aslinya
3. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri) 
Contoh: Siswa itu rajin.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergetar
tulisan
penerapan
memperhatikan.
2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertumpang tindih 
mengambil alih
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: menggaris bawahi
f pertanggung jawaban
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur, maha, mono, multi, pra, pasca, semi ,dsb.)
Contoh: amoral, antar negara, caturwarga, mahasiswa, multiguna, prasejarah, pascasarjana, semifinal. Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang di dahului oleh huruf kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: buku-buku gerak-gerik

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata / kata majemuk ditulis terpisah
Contoh: orang tua
Rumahsakit
2. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan makna ganda, diberi tanda hubung.
Contoh: anak-istri ( anak dan istri)
buku -sejarah baru (buku sejarah yang baru)
buku sejarah- baru (sejarahnya baru)
3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan
ditulis serangkai
Contoh: halalbihalal, manakala, barangkali, olahraga, kacamata,
darmasiswa,apabila,padahal,matahari, dukaci,t a
manasuka, kilometer,bilamana , daripada, peribahasa,
segitiga, sukacita, saputangan,

E. Kata Ganti
Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya., kecuali pada Mu dan Nya yang mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda
hubung (-).
Contoh: Nasihat orang tua harus kauperhatikan
Anakku, anakmu, dan anaknya sudah menjadi anggota
perkumpulan itu.
O, Tuhan kepada-Mulah hamba meminta pertolongan.

F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan daripada.
Contoh: Di mana ada gula, di situ ada semut.
Pencuri itu keluar dari pintu belakang.
Mahasiswa itu akan berangkat ke luar negeri.

G. Kata Sandang
Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut Besar”.

H. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Pergilah sekarang!
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi.
Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah.
Contoh: Harga BBM naik per ! April.
Mereka masuk satu per satu.
Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.

I. Singkatan dan Akronim
1. a.. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. 
Contoh: Suman Hs..
Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administrtion)
M.Sc. (Master of Science)
Bpk. (Bapak)
Sdr. (saudara)
b. Singkatan nama resmi lembaga emp erintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapitan dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR GBHN KTP PT
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. hlm. sda. Yth.
d. Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu , cm, kg, Rp

2. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI LAN IKIP SIM
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. 
Contoh: pemilu, rapim, tilang.

J. Angka dan Lambang Bilangan
1. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
a. Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.
b. Abad ke-20 dikenal sebagai abad teknologi.
c. Abad kedua puluh dikenal sebagai abad teknologi.
2. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut.
Contoh:
a. Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima dperguruan tinggi itu.
b. Kendaraan yang beroperasi di Bandung terdiri atas 1.000 beca angkot, 100 metro mini, dan 100 bus kota.
3. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat di awal kalimat.
Contoh:
a. Dua puluh mahasiswa mendapat beasiswa dari perusahaan itu.
b. #150 orang pegawai mendapat pneghargaan dari pemerintah.(salah)
c. Sebanyak 150 orang pegawai mendapat penghargaan pemerintah.

Definisi istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Khusus dalam bidang peristilahan yang menyangkut 39 bidang ilmu, Majelis Bhs Ind-Malaysia tengah berusaha membakukan berbagai istilah bidang ilmu bagi kepentingan dua negara. Majelis BI-M didirikan pada tanggal 23 Mei 1972 dan mengadakan sidang secara bergantian di dua negara. Di setiap bidang ilmu ada kurang lebih 500-1000 istilah. Penciptaan istilah itu dilakukan oleh ahli ilmu pengetahuan masing– masing, kemudian oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam koalisi istilah itu disesuaikan dengan pedoman pembentukan istilah.
Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah :
1. Bahasa Indonesia / Melayu
1.1 Kata yang paling tepat mengungkapkan makna konsep, proses,
dan keadaan.
- bea => pajak barang masuk dan barang keluar
- cukai => pajak hasil perusahaan atau industri
- pajak => iuran wajib dari rakyat sebagai sumbangan kepada
negara.
Pajak kekayaan, tontonan, PBB, dll

PEMBENTUKAN ISTILAH DAN PENULISAN UNSUR SERAPAN

1.2 Kata yang paling singkat daripada kata lain yang berujukan sama
- gulma => tumbuhan pengganggu
- suaka => perlindungan
- kosa => perbendaharaan

1.3 Kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar
- pramuniaga => pelayan toko besar
- pembantu => babu/jongos
- karyawan => pekerja / buruh
- pemandu / pramuwisata => penunjuk jalan

2. Bahasa – bahasa daerah serumpun 
Bahasa Indonesia masih kekurangan kata–kata yang bernilai rasa atau kata–kata efektif yang melambangkan curahan hati masyarakat. Di antara kata–kata rasa yang sudah sering digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang,
- sempoyongan => terhuyung –huyung seperti hendak jatuh
- bertele – tele => berbicara tidak jelas ujung pangkalnya
- bobrok => rusak sama sekali (bangunan/akhlak)
- nyeri => sakit pada salah satu bagian tubuh
- langka => susah didapat
- lugas => apa adanya (zakelijk)
- tuntas => selesai sepenuhnya
- pesangon => uang untuk karyawan yang diberhentikan

3. Bahasa asing
Pemakaian istilah asing dapat dilakukan apabila memenuhi syarat sbb:
3.1 Istilah asing yang dipilih lebih cocok karena konotasinya atau lebih bermakna tepat jika dibandingkan dengan persediaan kata yang ada
- konfirmasi => penegasan atau pengesahan
- amatir => tanpa bayaran
- logis => masuk akal
- insentif => pendorong / perangsang
- spontan => tanpa diminta – minta / dengan sendirinya

3.2 Istilah asing yang dipilih lebih singkat bila dibandingkan dengan terjemahannya
- dokumen => surat – surat penting yg menjadi bukti
- akulturasi => perpaduan unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain hingga menimbulkan kebudayaan yang baru.
- Urbanisasi
- etiket => cara kesopanan yang dilazimkan Kadang – kadang terdapat istilah yang diizinkan dipakai dalam bahasa asing dan bahasa Indonesia.
i. manajer = pengelola
ii. manajemen = pengelolaan
iii. relatif = nisbi
iv. temperatur = suhu
v. klasifikasi = penggolongan
vi. kreativitas = daya cipta
vii. sektor = bidang
viii. sirkulasi = peredaran
ix. realisasi = pelaksanaan

Cara pemasukan istilah asing dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Melalui penerimaan secara utuh
Diterima sebagaimana adanya dalam bahasa asalnya. Cara ini ditempuh jika istilah atau ucapan itu dianggap bersifat internasional atau jika orang belum menemukan padanannya dalam bahasa Indonesia, antara lain
x. de jure => menurut hukum
xi. de fakto => menurut kenyataan
xii. doctor honoris causa => doktor kehormatan
xiii. cum laude => dengan pujian

2. Melalui terjemahan
Dalam menerjemahkan istilah asing yang penting ialah kesamaan makna konteks, bukan makna harfiahnya. Karena itu terjemahan tidak menghasilkan bentuk berimbang satu lawan satu. Namun kategori gramatikalnya diperhatikan juga kata benda=kata benda pula.
xiv. brain storming => sumbang saran
xv. up to date => mutakhir
xvi. overlap => tumpang tindih
xvii. bilateral => dua pihak
xviii. feedback => umpan balik
Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah

3. Melalui adaptasi : penyesuaian ejaan / sistem bunyi bahasa Indonesia
- integration => integrasi
- research => riset
- university => universitas

A. Tanda titik dipakai :
1. pada akhir kalimat;
2. pada singkatan nama orang;
3. pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
4. pada singkatan atau ungkapan yang sangat umum;
5. di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dan daftar;
6. untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu;
7. untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu;

B. Tanda titik tidak dipakai :
1. untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah ;
2. dalam singkatan yang terdiri atas huruf–huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga–lembaga nasional atau internasional,
atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
3. di belakang alat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.

C, Tanda koma dipakai :
1. di antara unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan
2. untuk memisahkan kalimat setara;
3. untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat;
4. di belakang kata seru yang terdapat pada awal kalimat;
5. di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat;
6. untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain;
7. di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan;
8. untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya;
9. di antara nama orang dan gelar akademik;
10. di muka angka persepuluhan;
11. untuk mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.

D. Tanda titik koma dipakai :
1. untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara;
2. untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

E. Tanda titik dua dipakai :
1. pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;
2. sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
3. dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
4. kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan;
5. di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab – kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan (karangn Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup :
Sebuah Studi, sudah terbit).

F. Tanda hubung (-) dipakai :
1. untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris;
2. untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;
3. menyambung unsur–unsur kata ulang;
4. menyambung huruf kata yang dieja;
5. untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;
6. untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata;
7. untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

G. Tanda pisah (--) dipakai :
1. untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
2. untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas (Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta).
3. di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara nama dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai (1945 – 1950 :Bandung – Jakarta).

H. Tanda elipsis (. . .) dipakai :
1. untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau begitu … ya, marilah kita berangkat.
2. untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan :
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut.

I. Tanda petik (‘. . .’) dipakai :
1. mengapit petikan langsung;
2. mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat;
3. mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal.

J. Tanda petik tunggal (‘…’) dipakai :
1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain, 
misalnya : Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’?
2. mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing, 
misalnya : rate of inflation ‘laju inflasi’.

K. Tanda garis miring (/) dipakai :
1. dalam penomoran kode surat,
misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;
2. sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya: mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,00 / lembar, Jalan Banteng V / 6.

L. Tanda penyingkat atau apostrop (‘) dipakai :
Menunjukkan penghilangan bagian kata,
Misalnya : Amin ‘kan kusurati (‘kan =akan) Malam ‘lah tiba (‘lah=telah).

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya,
kata dalam bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu
imbuhan. Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang
dilekati imbuhan itu. Karena sifatnya itulah, imbuhan memiliki peran
yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki
pengetahuan mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan,
akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan
gabungan afiks dalam ilmu bahasa. Awalan yang terdapat di dalam
bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-, te(R), -pe(N)-, pe(R)-,
ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-; akhiran
terdiri atas -kan, -i, dan -an; konfiks dan gabungan afiks terdiri atas
gabungan awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat
produktif digunakan, sedangkan sisipan tidak produktif. Walaupun
demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya, apabil a
diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, dalam penciptaan
kosakata baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.